Selasa, 24 November 2020

mencari pesugihan part 2

Part 2... 

     "Mencari Pesugihan" 

Sardi terus berjalan kearah tebing, wanita cantik itu tersenyum kepada Sardi, Sardi yang begitu terpesona, makin mempercepat langkahnya.

Disisi lain, terlihat ada gembala kambing yang sedang mencari rumput disekitar situ, ia melihat Sardi sedang berjalan kearah tebing sambil matanya tertutup, buru buru gembala itu lari menghampiri Sardi yang semakin dekat dengan tebing yang mengarah kelaut lepas. 

"Woy.. kang Sardi berhenti" teriak gembala itu sambil berlari secepat mungkin ke arah Sardi.

Namun, Sardi tidak mendengar ada yang memanggil, ia hanya fokus kepada wanita itu. Sardi hampir dekat dengan tebing itu, tinggal beberapa langkah lagi Sardi tercebur keatas permukaan laut, namun gembala itu keburu sampai menghampiri Sardi lalu menariknya jauh dari tebing. 
"Kang Sardi sadar.." teriak gembala sambil menarik baju Sardi 

Akhirnya, Sardi tersadar, dan bertanya apa yang terjadi dengannya. Kereta kencana tadi sudah hilang begitu saja. 

"Kunaaon kang, sadar eh" kata sigembala itu
"Astagfirulaaah, saya tadi ketiduran dan bermimpi ada kereta kencana disini, manggil-manggil saya, saya gak sadar kalau sampe berjalan sampai sejauh ini" jawab Sardi sambil menunjuk permukaan laut. 

"Ya Allah.. kang Sardi, makanya jangan suka bengong kalau disini bahaya, apalagi kita ngeluh sama lautan. Banyak-banyak istigfar kang" saut gembala itu menasihati 

"Ya tadi saya cuma sedikit kecewa, hati saya sakit" kata Sardi menceritakan kejadian yang dialami hari ini kepada gembala tadi. 

"Astagfirulaaah.. pantes, kang Sardi didatangi sama penunggu pantai selatan ini, kang Sardi lagi tidak berdaya seperti itu, sekarang kang Sardi cepet pulang kerumah, memangnya kang Sardi butuh uang berapa" jawab gembala kaget mendengar cerita Sardi dan sedikit prihatin. Kemudian, gembala itu dengan iklas meminjam kan sejumlah uang kepada Sardi, ia pun pulang kerumahnya dengan perasaan yang bingung bahwa tadi ia bermimpi bertemu dengan ratu pantai selatan. 

  Sering terjadi kepada beberapa orang yang keimanannya sedang turun, mungkin itu ratu selatan atau makhluk lain yang menjelma untuk menyesatkan manusia. Tidak tahu bagaimana selanjutnya kalau Sardi sampai ikut dengan makhluk itu, untung nya Sardi diselamatkan oleh gembala yang bernama Mimin. 

Banyak cerita warga desa setempat,  tidak sedikit laki-laki yang sedang putus asa dibawa oleh makhluk itu ke tengah lautan untuk melakukan perjanjian-perjanjian, diiming imingi diberikan kekayan, ada juga yang tidak kembali dijadikan pembantu kerjaan atau entah lah. Hanya Allah yang Maha tau segalanya. 

 "Gara gara si Didin nih, saya didatangi oleh penguasa pantai selatan, padahal saya juga belum mengiyakan ajakan si Didin " kata Sardi sedikit jengkel sambil menuju rumahnya. 

Sesampainya dirumah, Sardi langsung memberikan uang yang ia dapat dari si gembala kepada Titin. 

"Jangan bilang ini yang hasil pinjem" kata Titin sambil mengambil uang tersebut 

"Ya sudah lah Tin, mau hasil pinjem atau hasil pesugihan, yang penting kamu bisa beli beras dan lauk pauk untuk dimakan" jawab Udin sedikit jengkel 

"Hah? Hasil pesugihan, akang sudah gila?" Saut Titin sedikit kaget 

"Ya tidak lah.. sudah jangan banyak tanya, cepet kamu masak akang lapar banget ini" lanjut Sardi sambil mengambil handuk menuju kekamar mandi yang terdapat diluar rumahnya. 

Sardi tidak cerita kepada Titin apa yang telah terjadi pada dirinya hari ini. Biar lah menjadi rahasia Sardi, ia khawatir kalau Titin tau bisa Jadi gosip sekampung karna Sardi tau Titin yang sedikit bawel dan suka ngerumpi dengan tetangga. 

"Tin.. uang itu di hemat ya" teriak Sardi pada Titin yang sudah berlalu keluar rumah untuk membeli beras dan lauk pauk di warung

"Uang segini dihemat kang, buat sekali kewarung dan bayar utang kemarin juga habis" gerutu Titin 

Sebulan berlalu dari kejadian itu, Sardi sudah lama tidak melaut karna ada sedikit takut untuk ke tengah laut lagi, takut bertemu wanita itu, pikir Sardi. Ia pun kerja serabutan dipasar terdekat. Apa saja ia kerjakan, mengangkat karung, memanggul belanjaan orang lain, setidaknya ada pemasukan harian yang ia dapatkan. 

Saat sedang  mengangkat karung belanjaan, tak sengaja ia bertemu dengan Didin. Saat itu Didin sedang mengantar istrinya belanja kepasar. Didin terlihat berbeda sekarang, badannya agak gemuk dan bersih, wajahnya berseri, pakaian pun sangat rapi dan bgus. 

"Didin sanes ?" Tanya Sardi sambil melihat Didin dari ujung rambut sampai ujung kaki 

"Hei.. Sardi, apa kabar kamu?" Timpal Didin wajahnya berseri 

"Iya..Saya Didin, siapa lagi Sar" lanjut Didin meyakinkan 

"Ya Allah Gusti Didin, kamu beda banget sekarang, baru beberapa bulan tidak bertemu sekarang udah kaya juragan ya!" Kata Sardi terpesona melihat penampilan Didin sekarang. 

"Haha..iya lah, lihat saya sekarang, ini berkat kerja keras saya" jawab Didin memerkan dirinya

"Sombong sekali kamu Din" saut Sardi 

"Becanda Sar, jadi kamu sekarang sudah tidak melaut?" Tanya Didin sambil menepuk bahu Sardi 

"Ya sudah lama Din, saya sekarang dipasar kerja serabutan" jawab Sardi sendu
"Kamu kerja apa, sampe bisa kayak sekarang ini?" Tanya Sardi penasaran

"Saya pengusaha gula merah sekarang sar" jawab Didin 

"Owalah.. pantas saja, saya sudah lama tidak liat kamu dikampung kita" kata Sardi 

"Iya Sar, saya pindah mencari pencerahan" jawaba Didin 

"Kamu bisa saja mencari pencerahan, saya juga mau dong dikasih pencerahan biar kaya seperti kamu sekarang, lihat ini saya dari dulu hidup nya begini-begini saja" kata Sardi membatin 

"Ya udah nanti kapan-kapan saya main kerumah kamu, rumah kamu masih yang dulu kan?" Tanya Didin 
"Iya, masih.. saya tunggu loh Din" jawab Sardi mengharapkan 

Merekapun berpisah dipasar itu, Sardi seperti biasa pulang kerumah saat sore tiba. Kehidupan yang sedari dulu begitu saja membuat Titin belum merasa puas dengan pendapatan harian yang didapat Sardi. 

"Tin, ini uang belanja buat besok ya" Kata Sardi sambil menaruh uang diatas meja

"Kang uang segitu itu tidak cukup buat sehari, belum lagi buat ibu kamu, yang suka numpang makan dirunah" jawab Titin sambil melihat uang yang ditaru diatas meja oleh Sardi 

"Syukurin aja dulu kenapa Tin, akang sudah berusaha dari pagi sampai sore dipasar, memang rejeki hari ini cuma segitu. Owh iya tadi akang ketemu sama si Didin, wah dia sekarang gagah, udah jadi orang kaya punya usaha gula merah" saut Sardi menceritakan pertemuannya dengan Didin dipasar tadi siang. 

"Hah masa ? Dia bukannya sudah tidak dikampung ini lagi ya kang? Soalnya Titin dengar dengar dari gosip ibu ibu kampung, anak sulungnya si Didin itu meninggal dunia, tidak lama mereka pindah dari kampung kita kang" jawab Titin menjelaskan apa yang ia tahu. 

" Inalilahiwainailahi rojiun, serius kamu Tin? Kok akang tidak tahu ya kalau anaknya Didin meninggal, kenapa meninggal nya?" Saut Sardi sedikit kaget 

"Titin juga kurang tau kenapa meninggalnya kang, tapi katanya sih mendadak, cuma sakit panas tidak lama meninggal, dari semenjak anaknya meninggal perekonomian keluarga si Didin semakin membaik, ibu-ibu sih curiga dia pake pesugihan, anaknya jadi tumbal"kata Titin menjelaskan panjang lebar

"Hus.. jangan sembarangan asal menuduh kamu Tin, tidak baik begitu. Mungkin sudah ajal, dan keberhasilan Didin karna kerja kerasnya" jawab Sardi sedikit membentak Titin, ia berpikir positif walau didalam hati nya ia terngiang ajakan Didin untuk mencari pesugihan dulu saat jaman Dimana dia susah, tapi pikira itu ditepis olehnya.

Pagi itu Sardi tidak kepasar, badannya terasa sakit, sepertinya kebanyakan mengangkat karung terigu dipasar. Tidak lama ada suara ketukan pintu. 

"Tok. Tok. Tok" suara ketukan pintu, diiringi suara seseorang memberi salam 
"Assalamu'alaikum" 

Dirumah tidak ada siapa siapa hanya Sardi, Titin entah kemana pagi itu sedangkan anak sulung Sardi sudah berangkat sekolah. 

"Walaikumsalam, sebentar" jawab Sardi sambil buru buru membukakan pintu 

"Didin, ternyata kamu datang juga kerumah saya" sambut Sardi yang ternyata tamu itu adalah Didin

"Iya lah, saya menepati janji saya sama kamu Sar, kamu kenapa sarungan begini?" Jawab Didin 

"Ayu, mari masuk Din ! Saya sedang tidak enak badan, pegel semua" kata Sardi menyilahkan Didin masuk kerumahnya yang sederhana itu. 

"Maaf ini, rumahnya berantakan Din, kamu mau minum apa?" Lanjut Sardi 

"Ah.. kamu kebanyakan mengangkat karung itu Sar, sudah tidak usah repot-repot Sar, saya tidak lama, masih banyak kerjaan" jawab Didin sambil meledek. 

"Haha iya bisa jadi, namanya kerja kuli panggul Din, aduh saya lupa kamu sekarang udah jadi bos jadi sibuk." Saut Sardi sambil berlalu kedapur mengambil segelas air putih, karna hanya itu yang bisa ia hidangkan.

"Saya kesini mau mengajak kamu mencari pencerahan Sar" timpal Didin
"Owh iya, gimana kamu mau ajak saya kerja sama kamu ya Din, alhamdulilah" jawab Sardi sambil menaruh satu gelas air putih diatas meja. 

"Kamu ikut saja dulu Sar, jangankan kerja kamu bisa jadi bos nya" kata Didin memberi semangat 

Sardi hanya diam mendengar kan Didin menjelaskan panjang lebar, Didin membujuk dan merayu Sardi untuk ikut dengan nya, imingian untuk kaya raya dan menjadi bos pengusaha membuat Sardi sedikit tergiur, bagaimana tidak, ia sudah sangat bosan dengan hidup nya yang seperti ini. Titin yang setiap hari manyun karena  tidak puas dengan pendapatan harian Sardi dapatkan dari pasar.  

Sardi berpikir sedikit lama saat itu, apa yang di ucapkan Didin ada benarnya juga batinnya. Ia pun tidak ingin selamanya tenggelam dalam kemiskinan, Ia juga ingin sekali membahagian ibu nya, ingin sekali membelikan Titin baju bagus dan beberapa perhiasan, intinya Sardi ingin menjadi orang kaya. Sepertinya hatinya sudah mantap untuk ikut dengan Didin. 

"Baik Sar, malam besok kita berangkat, kamu jangan bilang ke orang lain, ini rahasia kita berdua sama istri dan ibu kamu juga jangan" kata Didin sedikit berbisik 

Sardi hanya mengangguk, lalu Didin berpamitan untuk pulang.

Next.. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar