Rabu, 25 November 2020

mencari pesugihan part 5

Part 5 

      "Mencari pesugihan"


Sardi menengok kekanan dan kekiri tidak ada siapa-siapa, hanya ada monyet-monyet yang sedang memperhatikan. 

Dipandangi nya secara detail pohon pisang itu, lama kelamaan pohon pisang itu berubah menjadi ibu nya Sardi, mukanya pucat dan sedikit meneteskan air mata, kemudian pohon itu berubah menjadi pohon pisang kembali 
"Ibu mohon pulang nak" suara itu kembali 
"Astagfirulaaah, ibu" kata Sardi dengan kaget nya. 

Disisi lain, Didin dan kakek Mirsan sedang memperhatikan Sardi yang sangat bertele-tele untuk menebang pohon itu. 

"Din, tadi kamu sudah memastikan jantung pisang itu dimakan oleh Sardi kan" bisik kakek Mirsan kepada Didin 

"iya kek sudah, saya melihat sendiri Sardi mengigit jantung pisang itu" jawab Didin meyakinkan

"Kenapa Sardi lama sekali melakukan hal mudah seperti itu" saut kakek Mirsan merasa curiga. 

"Iya ya..jangan-jangan.." kata Didin heran belum sempat bicaranya selsai 

Sardi tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua  sambil membanting golok yang dipegangnya tadi untuk menebang pohon. 

"Saya tidak bisa melakukannya" kata Sardi sedikit emosi, air matanya berlinang 

"Loh Sar, kenapa ? Kamu hampir berhasil, itu hanya sebuah pohon pisang, sebentar lagi kamu kaya Sar, kamu bisa jadi bos seperti saya" jawab Didin menjelaskan dan membujuk Sardi kembali. 

"Ah.. cuma pohon pisang kamu bilang ? Saya melihat pohon-pohon pisang itu adalah keluarga saya Din" teriak Sardi emosi nya memuncak 
 
Kakek Mirsan dan Didin sangat kaget mendengar ucapan Sardi, dari mana ia tau bahwa pohon-pohon pisang itu hanya media tumbal pesugihan. Berarti benar kecurigaan nya tadi bahwa jantung pisang yang diberikannya tadi pagi tidak dimakan oleh Sardi. 

"Sar, semua butuh pengorbanan.. kamu hanya perlu menumbal kan salah satu dari mereka. Kamu bisa menumbalkan istri kamu yang bawel itu, dan kamu bisa mencari istri yang lebih muda dan cantik" kata Didin menjelaskan sambil meyakinkan Sardi.

"Gila kamu ya Din, Titin adalah istri ku, walaupun dia bawel dan kadang omongannya nyakitin tapi saya sangat mencintai dia Din, dia adalah cinta pertama saya, saya gak mau mengorban dia untuk hawa nafsu saya" kata Sardi suara nya semakin meninggi 

Kakek Mirsan hanya memandangi mereka berdua 

"Yasudah, gimana kalau ibu kamu, ibu kamu kan suda tua juga Sar"  jawab Sardi memberi solusi 

"Ibu ku ? Makin gila kamu Din, saya mau kaya untuk bahagia kan dia Din, kalau dia mati, buat apa saya kaya Din?" Teriak Sardi emosi nya semakin memuncak 

"Udah stop Din, intinya saya tidak mau mengorbankan mereka, termasuk anak-anak saya, saya ini mau kaya buat mereka, bukan untuk kesenangan pribadi saya. TITIK." semakin Sardi emosi. Lalu pergi kehalaman rumah. 

"Sar tunggu, kamu ini sudah sejauh ini, jangan sia-sia kan apa yang sudah kamu lakukan, tolong lah.. toh kamu sendiri kan yang ingin cepat kaya" teriak Didin 

"Ya saya memang mau kaya, tapi tidak mau mengorban kan keluarga saya sendiri, kalau dari awal kamu udah ngomong ada tumbal macam kaya gini, saya tidak akan pernah mau ikut sama kamu Din" kata Sardi masih emosi

"Trus sekarang kamu mau gimana Sar?" Tanya Didin
 
"Saya mau pulang sekarang juga, dan saya tidak mau berurusan sama kamu lagi Din, antar kan saya sampai keluar hutan ini dan jangan pernah kamu muncul dihadapan saya, saya juga akan merahasiakan semuanya" 

Kakek Mirsan hanya tersenyum, sepertinya dia pun senang kalau Sardi sadar dan tidak melanjutkan ritual tadi. 

"Bagus lah, berkurang 1 penghuni monyet disini" gumam kakek Mirsan 

Ternyata, monyet-monyet yang ada disitu adalah tumbal pesugihan dari orang yang melakukan pesugihan, salah satunya adalah anak sulung Didin yang telah menjadi monyet disitu. 

"Baik Sar, kalau kamu maunya seperti itu" kata Didin sambil masuk kerumah kakek Mirsan untuk berpamitan, namun kakek Mirsan sudah menghilang entah kemana. 

Singakt cerita, Sardi pulang ke kampung halaman dengan selamat, sampainya dikampung ia buru-buru kerumah ibu nya dilihat ibu nya memang sedang sakit, disitu sudah ada mantri yang sedang mengobati ibunya. Titin dan kedua anaknya juga hadir disitu. 

"Assalamualaikum Bu" salam Sardi sambil nangis tersedia seduh mencium pipi ibu nya. 

"Akhirnya kamu pulang nak, ibu tidak mau kamu tersesat lagi Sardi, bertobat lah nak" kata ibu Sardi sedikit sendu, sepertinya ibu Sardi sudah mengetahui apa yang terjadi kepada Sardi. 

"Iya Bu.. hampura Bu.. Sardi menyesal" jawab Sardi sambil resedu-sedu. 

Setelah itu Sardi memeluk Titin dan kedua anaknya, lalu meminta maaf. Titin yang sedari tadi sudah menangis melihat kedatangan Sardi. 

"Kang, maafin Titin ya, semua salah Titin, coba saja Titin tidak memaksa kang Sardi, coba Titin sedikit bersabar dan bersyukur apa yang telah didapat, Titin janji kang akan berubah" kata Titin menyesali perbuatannya

Ibu Sardi sudah sakit 1 Minggu lamanya, setelah kepergian Sardi pagi itu malamnya ibu Sardi sudah mulai tidak enak badan, bibi Sardi yang kemudian datang kerumah dan mengurus ibu nya itu memanggil seorang ustad, karna setiap malam ibu nya selalu mengigo memanggil nama sardi, pak ustad itu menyarankan agar selalu mengirim doa untuk Sardi dan selalu meminta pertolongan Allah SWT agar Sardi selalu dalam lindungan Nya. 

Mungkin karena doa doa dari ibu nya lah Sardi dapat tersadar dan untungnya Sardi mendapat firasat saat akan memakan jantung pisang itu, jantung pisang yang dibakar berfungsi untuk melupakan keluarga yang akan di tumbal kan dan tidak ada rasa penyesalan nanti nya, untung saja Sardi tidak menelan jantung pisang itu. Semua itu tidak lain berkat perlindungan Allah, sang Maha Pencipta masih sayang kepada Sardi. 

Kekayaan bisa didapat dengan kita bekerja keras, rejeki bukan semata mata hanya materi saja. Sardi tersadar harta yang paling berharga adalah keluarga, kekayaan materi bisa didapatkan kalau kita berusaha, selalu berikhtiar kepada Nya, serta selalu bersyukur dengan apa yang kita punya. Dari kejadian itu Sardi banyak mendapat pelajaran, kesenangan dunia hanya sementara. 

"Sardi loba-loba istigfar, solat tepat waktu, ngaji setiap hari walau satu ayat" pesan pak ustad kepada Sardi 
"Insyallah makhluk-makhluk itu tidak akan menghantui kamu, selalu minta perlindungan dari Gusti Allah nya" lanjut pak ustad 

Sardi hanya menganggukan kepala sambil menghapus air matanya. 

"Kamu Titin, selalu bersyukur berapapun hasil suami dapatkan, sedikit yang penting berkah. Banyak sabar, jangan tinggalkan solat, selalu kasih dukungan sama Sardi supaya makin giat bekerjanya" tutur pak ustad kepada Titin yang sedari tadi terisak. 

Titin hanya menganggukan kepala.

Sardi kembali bekerja dipasar seperti sedia kala, namun alhamdulilah sekarang ia bekerja di sebuah agen dan mempunyai penghasilan tetap. Hidupnya normal kembali, tiada hari tanpa bersyukur, Titin benar saja, dia sudah sedikit berubah, walau memang kebawelannya susah hilang tapi ia tidak lagi mengeluh masalah keuangan kepada Sardi. Keluarga nya kini semakin rukun dan bahagia walau Sardi hanya seorang karyawan disebuah agen sembako dipasar bukan bos atau pengusaha. 

Didin yang selalu jadi penghasut Sardi tidak terdengar cerita nya lagi, mungkin dia sudah menjadi monyet salah satu penunggu hutan itu. 


Tamat. 

Note : 
Akhirnya selsai juga kisah Sardi ini 😂🙏
Teman-teman semua, tolong petik hikmah dari kisah ini, mohon maaf jika ada kesamaan nama atau tempat. 🙏

Kisah ini nyata, dulu saya dengar saudara saya yang cerita, namun alur nya saya kemas lagi, tapi kurang lebih cerita nya seperti diatas, namun nama, tampat dan alur saya kasih bumbu2 lagi agar lebih sedap untuk dibaca. 


Masih ada certia cerita lainnya yang saya akan bagikan, pastinya dari kisah nyata. Coming soon ya 👍🙏👍



Tidak ada komentar:

Posting Komentar